Kades Sikara-Kara I dan Bersama Dermawan Beri Santunan Anak Yatim dan Piatu
Mandailing Natal | jejakkriminal.net
Kepala Desa Sikara-Kara I Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal bersama masyarakat dermawan Desa Sikara-kara I memberikan santunan kepada 22 (Dua Puluh Dua) Anak yatim dan Anak Piatu, pada Sabtu (5/7/2025).
Penyaluran Santunan itu dilakukan bakda Sholat Isya di dua tempat yaitu di Masjid Baiturrahman dan Masjid Baiturrokhim, Desa Sikara-Kara I, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Kepala Desa (Kades) Sikara-Kara I, Pitoko Gatot Suyoko menyampaikan ada sebanyak 22 orang anak yatim dan piatu yang menerima santunan terdiri dari 16 orang dari Dusun I dan 6 orang dari Dusun II.
"Alhamdulillah, kita bisa berbagi dengan para anak Yatim dan Piatu di Desa Sikara-Kara I ini. Bersama sejumlah masyarakat dermawan kita, pelaksanaan santunan berlangsung dengan baik tadi malam, " kata Gatot.
Sosok Kades yang murah senyum ini juga menambahkan sumber santunan berasal dari Dana Desa Tahun 2025 dengan ditambah oleh beberapa warga berhati dermawan.
"Rangkaian santunan ini merupakan rutinitas kami di desa ini, dalam rangka menyemarakkan peringatan 10 Muharram atau dikenal juga dengan hari Asyura, " sambung Gatot.
"Dimana pada 10 Muharram, di desa kami ini sudah menjadi tradisi melakukan kegiatan menyantuni anak yatim, sebagaimana dianjurkan dalam Islam," terang dia.
Untuk diketahui, keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim tidak lepas dari ajaran Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya kasih sayang kepada anak yatim. Dalam hadis riwayat Thabrani, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap rambut yang disentuhnya akan menjadi kebaikan baginya." Meskipun hadis ini dianggap dhaif oleh sebagian ulama, pesan moralnya tetap relevan dan mendorong umat Islam untuk berbuat baik pada Hari Asyura.
Tradisi menyantuni anak yatim pada 10 Muharram di Indonesia biasanya dilakukan dengan memberikan santunan berupa uang, pakaian, atau makanan. Keutamaan 10 Muharram terletak pada keikhlasan dalam berbagi, yang diyakini dapat mendatangkan keberkahan dan kelembutan hati. Acara santunan sering diiringi dengan pembacaan sholawat, doa, dan tausiyah untuk memperkuat nilai spiritual.
Keutamaan 10 Muharram juga tercermin dalam dampak sosial dari tradisi ini. Dengan memberikan perhatian kepada anak yatim, masyarakat membangun solidaritas dan kebersamaan. Di banyak daerah, seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur, masjid-masjid mengadakan acara santunan yang dihadiri oleh ratusan anak yatim, menciptakan suasana penuh kehangatan dan kebahagiaan.
Selain santunan materi, keutamaan 10 Muharram juga terlihat dari dukungan emosional yang diberikan kepada anak yatim. Kegiatan seperti mengusap kepala anak yatim atau mengajak mereka bermain bersama memiliki makna mendalam, karena membuat mereka merasa dihargai dan dicintai. Tradisi ini mengajarkan bahwa kasih sayang adalah inti dari ajaran Islam.
Keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim juga menjadi pengingat bahwa amalan ini tidak terbatas pada Hari Asyura saja. Meskipun 10 Muharram dianggap istimewa, umat Islam diajak untuk terus peduli terhadap anak yatim sepanjang waktu. Tradisi ini menjadi momentum untuk memperbarui komitmen dalam menjalankan ajaran Rasulullah SAW. (Martua)




.png)
Posting Komentar untuk "Kades Sikara-Kara I dan Bersama Dermawan Beri Santunan Anak Yatim dan Piatu"