Batam,jejak kriminal Net
"PENGKOTBAH"Pdp johannes parhusip
Seringkali kita mengutip ayat terkenal dalam Roma 8:28: *“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan…”* Namun, untuk memahami kedalaman ayat ini, kita harus melihat konteksnya—yaitu pergumulan dalam Roma 7.
Rasul Paulus, seorang ahli Taurat dan murid Gamaliel, menulis bagaimana dirinya sendiri mengalami konflik batin. Ia berkata: *“Yang baik yang aku kehendaki, tidak aku perbuat, tetapi yang jahat yang tidak aku kehendaki, itu yang aku lakukan.”* (Roma 7:19). Paulus menyadari bahwa meskipun ia tahu kehendak Tuhan, dagingnya lemah. Ia frustrasi karena dosa terus mengintip dan menggoda.
Tetapi di Roma 8, Paulus menemukan pengharapan: *Roh Kudus menolong dalam kelemahan kita.* Roh Kudus disebut sebagai *Parakletos*—penolong, penghibur, perantara, dan pendamping. Ia menolong kita bahkan dalam doa, saat kita tidak tahu bagaimana harus berdoa sesuai kehendak Allah.
Pertanyaannya: *Apakah kita sungguh-sungguh hidup dipimpin oleh Roh Kudus?*
Banyak orang berkata mereka penuh Roh, tapi menghindari persekutuan doa, seolah-olah doa hanya untuk segelintir orang. Padahal, *orang yang dipenuhi Roh Kudus pasti mencintai hadirat Tuhan dan hidup dalam doa.*
*Kesimpulan:*
Kristen sejati bukan hanya tahu kebenaran, tapi hidup oleh Roh. Roh Kudus bukan sekadar konsep, tapi pribadi yang hadir untuk memampukan kita hidup sesuai kehendak Allah, terutama dalam kelemahan kita.
*Kesaksian: Menanti dalam Iman dan Tindakan*
Saya dan istri telah menikah empat tahun, namun hingga saat ini kami belum juga dikaruniai keturunan. Selama ini, kami hidup dengan sukacita dan kerap mengisi waktu dengan berjalan-jalan bersama keluarga. Itu menjadi bagian dari rutinitas kami untuk menghilangkan penat dan menikmati kebersamaan.
Namun suatu waktu, keluarga memberi masukan yang menyentuh hati kami. Mereka menyarankan agar kami untuk sementara waktu berhenti bepergian, dan mulai memfokuskan perhatian untuk memeriksakan diri ke dokter. "Lebih baik dana yang biasanya dipakai jalan-jalan, digunakan untuk program kehamilan atau pemeriksaan kesehatan," ujar mereka.
Kami pun merenung dan akhirnya sepakat. Kami menyadari bahwa usaha juga merupakan bagian dari iman. Kami percaya bahwa Tuhan sanggup memberi keturunan, namun kami juga perlu melakukan bagian kami.
Dengan penuh harapan, kami memutuskan untuk memulai langkah ini—memeriksakan diri, mengikuti saran medis, dan tetap berdoa. Kami percaya, waktu Tuhan adalah yang terbaik. Tidak pernah terlambat, dan tidak pernah salah.
Mari kita lihat bagaimana Yesus menjalani hidup-Nya. Alkitab mencatat bahwa setiap kali selesai melayani orang banyak, Yesus menyingkir ke tempat sunyi untuk berdoa. Ia tidak tinggal dalam keramaian atau hanya fokus pada pelayanan publik. Dia mencari keintiman dengan Bapa.
Ibrani 5:7 menuliskan: *"Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan..."* Siapa yang Ia doakan? Kita. Umat yang dikasihi-Nya.
Dan saat ini pun, Yesus tidak berhenti. Dalam Ibrani 9:24 dikatakan: *“Kristus telah masuk ke dalam surga sendiri, untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.”* Artinya, Yesus tetap menjadi pendoa syafaat kita di surga.
*Pertanyaannya: Apakah kita juga hidup dalam doa seperti Yesus?*
Banyak orang berkata, “Saya Kristen,” tapi berhenti dalam tindakan. Ada yang rajin berkata kepada orang lain, “Ayo doa, ayo menara doa,” tapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Saya pun dulu begitu—menyuruh orang lain berdoa, tapi saya tidak sungguh hidup dalam doa.
Tapi sekarang saya sadar: jika Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita, saja hidup dalam doa dan menangis bagi kita, bagaimana mungkin kita sebagai murid-Nya hidup tanpa doa?
*Jangan jadi Kristen KTP.*
Jadilah Teladan sejati—murid yang hidup meneladani Sang Guru.
*Roh Kudus: Penolong dalam Kelemahan Kita*
Dalam kehidupan rohani, sering kali kita menemukan diri kita lemah. Bahkan seperti Paulus, kita pun menyadari bahwa kita tidak tahu bagaimana harus berdoa atau bertindak sesuai kehendak Tuhan. Kita tahu firman, tapi merasa tidak sanggup melakukannya. Di titik seperti itu, Paulus menemukan pengharapan: *ada Roh Kudus yang menolong dalam kelemahan kita* (Roma 8:26).
Roh Kudus bukan hanya membantu kita berdoa, tapi juga menjadi *Parakletos*—penolong, penghibur, pembela, dan pengingat janji-janji Tuhan. Yohanes 14:26 menyatakan bahwa Roh Kudus akan mengingatkan kita akan semua yang telah Tuhan Yesus ajarkan, termasuk janji-janji-Nya. Bahkan Roh Kudus juga mengingatkan Tuhan atas janji-Nya kepada kita.
*Mengapa kita perlu berdoa bersama-sama?*
Doa pribadi penting, tapi doa bersama adalah kekuatan umat. Jika kita hanya ingin mengalami perkara kecil, cukup berdoa di rumah. Tapi jika kita rindu perkara besar dalam pekerjaan Tuhan, kita perlu datang bersama, bersatu hati dalam hadirat Tuhan. Jangan anggap ibadah dan persekutuan doa sebagai beban atau rutinitas. Hari Minggu adalah hari pertemuan dengan Tuhan, bukan sekadar hari istirahat.
*Kesaksian Pribadi:*
Saya bersyukur Tuhan telah mengaruniakan seorang anak kepada kami. Dulu saya hanya mendengar bagaimana seorang ayah merindukan anaknya. Sekarang, saya sendiri merasakannya—kerinduan itu sampai bisa membuat saya menangis. Lalu saya membayangkan: *kalau saya, manusia biasa saja bisa begitu rindu dengan anak saya, apalagi Bapa di Surga?* Betapa besar kerinduan-Nya untuk berjumpa dan berbicara dengan kita setiap hari.
*Penutup:*
Tuhan rindu kita hidup dalam janji-Nya. Tapi untuk berjalan dalam janji itu, kita butuh Roh Kudus. Mari hidup di dalam firman, dipimpin oleh Roh, dan setia dalam persekutuan doa. Karena Roh Kudus adalah jembatan antara janji Tuhan dan penggenapannya dalam hidup kita. Amin.
-



.png)
Posting Komentar untuk ""Roh Kudus Menolong Dalam Kelemahan Kita" "Ayat Dasar: Roma 8:26-28""