Batam Jejak kriminal Net -Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tak cuma diperingati di lapangan upacara kantor-kantor pemerintahan, swasta, maupun halaman-halaman sekolah.
Pekik Merdeka juga menggema dalam Kebaktian ibadah pertama Jemaat GBI BCP TAMRIN CITY Nagoya, Kecamatan Lubuk baja, Kecamatan lubuk baja kota BATAM, Minggu (17/8/2025). Nuansa Dirgahayu Kemerdekaan RI benar-benar nampak dalam ruangan kebaktian GBI Bcp tamrin City.jemaat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya,
Pdp, Johanes memimpin ibadah pertama Minggu pagi (17/8/2025)
"merdeka" bukan sekadar pekikan semangat saat perayaan 17 Agustus. Kemerdekaan yang sejati seharusnya dirasakan setiap hari oleh umat Tuhan. Demikian disampaikan dalam sebuah ibadah yang mengangkat pesan rohani mendalam tentang makna merdeka dalam iman.
Pasalnya,kata Pdp Johanes, Merdeka bukan hanya saat kita kibarkan bendera. Setiap hari, jiwa kita rindu mengalami kemerdekaan sejati—yaitu merdeka dari dosa, dari belenggu ketakutan, dan merdeka untuk mengalami hadirat Tuhan dalam hidup sehari-hari,” ujar seorang pengkhotbah dalam ibadah tersebut.
Kemerdekaan sejati, menurut pesan ini, bukan sekadar simbolis, melainkan pengalaman nyata bersama Tuhan dalam keseharian: dalam pekerjaan, keluarga, dan pelayanan. Umat diajak untuk tidak hanya mengenang perjuangan fisik, tetapi juga mengejar kebebasan rohani.
Pesan ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan nasional dan kemerdekaan spiritual adalah dua hal yang saling melengkapi—dan layak dirayakan setiap hari.
Kita saat ini berada di penghujung tahun 5785 menurut kalender Yahudi. Pada bulan September mendatang, akan memasuki tahun yang baru, yaitu 5786.
Sepanjang tahun 5785, sejak September tahun lalu, Tuhan telah mengajar kita untuk hidup dalam kasih karunia-Nya, memelihara kasih itu dalam kehidupan sehari-hari. Dan jika kita menengok kembali, selama tahun ini ada beberapa tema rohani yang telah kita pelajari dan hidupi hingga Oktober 2024.
Pdp,Johanes dalam khotbahnya rindu agar setiap kita tetap hidup dalam anugerah Tuhan. Amin? Siapa di sini yang telah mengalami anugerah Tuhan sepanjang tahun ini? Amin? Mari kita berikan tepuk tangan bagi Tuhan!
Kita bersyukur karena dapat memulai tema baru yang mengangkat *"Pertemuan Gereja adalah Anugerah Allah."* Kita sadar, keberadaan gereja ini di tengah-tengah kita bukan terjadi begitu saja. Ini adalah hasil dari kasih karunia Tuhan — gereja ini lahir karena penyertaan dan anugerah-Nya.
"Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu. Janganlah menghematnya. Panjangkanlah tali-tali kemahmu, dan panjangkanlah patok-patokmu. Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri. Keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi."
Pdp.johanes menyampaikan tiga hal
Pertama, Pemulihan Pondok Daun Ini berarti pemulihan dalam doa, pujian, dan penyembahan. Bukan hanya musik, tapi pemulihan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Ini fondasi utama dalam membangun gereja yang sehat secara rohani.
Kedua, "Memperhatikan Orang Lemah"
Kita bersyukur, gereja kita sudah mengambil bagian dalam pelayanan diakonia—menjangkau mereka yang kurang mampu. Saat kita diberi kemampuan dan berkat, itu bukan karena kekuatan kita, tapi karena Tuhan memampukan kita. Itulah kasih karunia Allah.
Ketiga, "Mendoakan Kesejahteraan Yerusalem"
Sebagaimana firman Tuhan, berdoa bagi Yerusalem adalah bagian dari ketaatan atas janji-janji-Nya.Kiranya setiap kita terlibat aktif dalam visi dan misi ini, agar gereja kita terus bertumbuh, menjadi terang bagi banyak jiwa. Amin.Yesus digambarkan sebagai penggenapan janji Allah, bukan hanya bagi umat yang berada dalam pembuangan, tetapi untuk semua bangsa di bumi. Inilah anugerah Allah yang melampaui batas budaya dan sejarah.
Kitab Yesaya ditulis pada masa bangsa Israel berada dalam pembuangan di Babel selama 70 mm. Situasi ini tentu berat. Bangsa yang terbiasa hidup merdeka harus hidup sebagai tawanan, jauh dari tanah air dan bait Allah. Dalam kondisi itu, Yesaya menulis sebuah *nyanyian nubuat* — bukan sekadar puisi biasa, tapi firman Tuhan yang dinyanyikan dan dihidupi oleh umat yang sedang terpuruk.
Umat Tuhan yang digambarkan dalam Yesaya 54 adalah mereka yang sedang berada dalam kondisi "mandul" — tidak bisa menghasilkan apa pun. Ini bukan hanya secara fisik, tapi juga secara rohani dan sosial. Seperti seorang ibu yang tidak bisa memiliki anak, rasa ketidakberdayaan itu sangat menyakitkan. Dalam konteks kekristenan, kondisi ini bisa berarti hidup yang stagnan, pelayanan yang tidak berkembang, atau kehilangan pengaruh dan arah dalam hidup.
Maka kita tidak boleh tinggi hati atau saling menyalahkan ketika hasil tidak terlihat. Kunci utama adalah: (Tuhan yang menumbuhkan.) Kita hanya alat-Nya. Kita harus berpikir besar, memiliki visi besar, dan percaya bahwa pemulihan serta perluasan hanya datang dari Tuhan.Jangan kecilkan dirimu. Jangan kecilkan panggilan Tuhan dalam hidupmu. "Lapangkanlah tempat kemahmu," karena masa depanmu bukan ditentukan oleh masa lalumu, tapi oleh janji Tuhan yang hidup.
Setiap kita, sebagai jemaat maupun pelayan di gereja ini, memiliki bagian dalam visi besar yang Tuhan percayakan melalui Yesaya 54. Tuhan memanggil kita untuk tidak berpikir kecil. *“Lapangkanlah tempat kemahmu.”* Ini bukan hanya soal fisik, tetapi tentang kesiapan hati dan pikiran untuk menerima perluasan dan perubahan zaman. Dunia terus berubah, dan kita sebagai gereja harus siap menyikapinya dengan bijak.
"Tugas kita adalah membentangkan kasih Tuhan.* Bukan hanya secara simbolik, tapi melalui tindakan nyata: merangkul, melayani, dan membawa mereka pada pemulihan. Memperluas tenda berarti keluar dari zona nyaman, menghadapi tantangan, dan tetap percaya bahwa Tuhan menyertai.
"Tinggallah di dalam Aku," kata Tuhan Yesus. Seperti ranting yang tidak bisa berbuah tanpa pokok anggur, kita pun tidak bisa menghasilkan buah tanpa tinggal di dalam Dia. Pelayanan, kasih, dan pertumbuhan hanya bisa terjadi jika kita melekat pada Tuhan.
Dan terakhir, “jangan menghemat.” Jangan pelit dalam kasih, waktu, tenaga, maupun pengampunan. Jangan menahan-nahan diri ketika Tuhan memanggil untuk melayani lebih besar," pesan Pdp. johanes.



.png)
Posting Komentar untuk ""Pdp Johanes: Merdeka Setiap Hari, Hidup dalam Kemerdekaan Sejati bersama Tuhan" "