Pontianak, 5 Desember 2025 — Yayasan Humanity Women Children Indonesia (HWCI) kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat kapasitas lembaga dan relawan melalui penyelenggaraan Bimbingan Teknis yang berfokus pada isu hukum dan kesehatan forensik. Kegiatan yang berlangsung di Sekretariat HWCI ini menghadirkan narasumber berkompeten, yakni Dr. Herman Hoti Munawar, S.Pd, SH, M.H, M.Si serta dr. Eka Adhita Putri, M.M.Kes, M.H.
Sebagai organisasi sosial yang aktif di berbagai wilayah Kalimantan Barat, termasuk Sambas dan Kubu Raya, HWCI terus berupaya memberikan pendampingan sosial, pendidikan masyarakat, serta penguatan moral dan perlindungan bagi perempuan dan anak. Melalui kegiatan Bimtek ini, HWCI berupaya meningkatkan kualitas pendampingan secara profesional dan berbasis keilmuan.
Dalam paparannya, Dr. Herman Hoti Munawar menegaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kalimantan Barat kini telah mencapai tahap zona merah, dengan kasus yang tersebar di 14 kabupaten/kota. Ia menyampaikan bahwa kondisi tersebut menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah daerah dan seluruh stakeholder yang terkait. Menurutnya, pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan harus menghadirkan program-program yang konkret, aplikatif, dan terukur agar dapat memberikan dampak nyata dalam menekan angka kekerasan.
Dr. Herman menekankan bahwa upaya pencegahan kekerasan tidak bisa dibebankan kepada pemerintah semata. Diperlukan kolaborasi yang sistematis antara berbagai unsur stakeholder—mulai dari lembaga sosial, institusi pendidikan, dunia kesehatan, tokoh masyarakat, aparat penegak hukum, hingga keluarga sebagai unit terkecil kehidupan sosial. Kolaborasi tersebut penting agar intervensi terhadap kasus kekerasan dapat berjalan holistik, efektif, dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, Dr. Herman menyoroti pentingnya optimalisasi kinerja PKK sebagai kekuatan besar dalam penguatan institusi keluarga. Menurutnya, keluarga adalah pusat pembentukan karakter dan perlindungan terhadap anak. Karena itu, prinsip “Indonesia strong from home” harus dihidupkan kembali melalui gerakan PKK yang lebih aktif dan berorientasi pada ketahanan keluarga.
Ia juga menegaskan perlunya revitalisasi peran institusi pendidikan. Sekolah, sebagai wiata mandala atau lingkungan pembelajaran yang luhur, harus menjadi ruang yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar serta bagi guru untuk mengajar. Dr. Herman menekankan pentingnya konektivitas antara sekolah dan keluarga agar terbangun kesamaan pandang dalam membina anak. Harmonisasi ini diyakini mampu meminimalisir berbagai persoalan negatif yang berpotensi memicu kekerasan terhadap anak.
Sementara itu, narasumber kedua, dr. Eka Adhita Putri, menyampaikan materi mengenai visum et repertum dan peran strategis tenaga medis dalam pembuktian kasus kekerasan. Ia menjelaskan pentingnya pemeriksaan medis yang objektif dan sensitif terhadap kondisi korban, serta bagaimana hasil visum menjadi elemen krusial dalam proses hukum. Tenaga medis, menurutnya, harus bekerja dengan standar profesional serta berkoordinasi erat dengan aparat hukum dan pendamping korban.
Ketua Yayasan Humanity Women Children Indonesia, Hj. Eka Nurhayati Ishak, SE, SH, MH, menyampaikan apresiasinya atas kesediaan dua narasumber berbagi pengetahuan dan pengalaman. Ia berharap materi yang diberikan dapat meningkatkan kompetensi para peserta dalam mendampingi perempuan dan anak yang membutuhkan perlindungan hukum.
“Bekal pengetahuan ini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap langkah advokasi yang dilakukan benar-benar profesional, proporsional, dan memberikan dampak positif,” ujar Hj. Eka Nurhayati Ishak.
Melalui kegiatan Bimbingan Teknis ini, HWCI menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat kapasitas lembaga dan para pendamping dalam memberikan layanan perlindungan serta advokasi yang berkualitas bagi masyarakat.
Sumber/Dr.Herman Hofi Munawar,SH
(Red/Am)



.png)
Posting Komentar untuk "HWCI Gelar Bimtek Advokasi dan Forensik Medis, Soroti Kondisi Zona Merah Kekerasan Perempuan & Anak di Kalimantan Barat"